Endang Sumiati Angkat Pemikiran Azyumardi Azra tentang Transformasi PTKIN dalam Promosi Doktornya
Endang Sumiati Angkat Pemikiran Azyumardi Azra tentang Transformasi PTKIN dalam Promosi Doktornya
Yogyakarta, 11 November 2025– Program Studi Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali menorehkan prestasi akademik dengan melahirkan doktor baru.Endang Sumiati, NIM. 21304011007, resmi meraih gelarDoktor PAI ke-34melalui disertasi berjudul“Transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri Menurut Azyumardi Azra.”
Ujian Terbuka Promosi Doktor diselenggarakan padaSelasa, 11 November 2025, pukul09.00–11.00 WIB, diAula Pertemuan Lantai 3 Gedung PPG FITK UIN Sunan Kalijaga, Sambilegi, Maguwoharjo, Sleman, DIY. Sidang dipimpin olehProf. Dr. Sukiman, S.Ag., M.Pd.(Ketua Sidang sekaligus Kaprodi Doktor PAI FITK) denganDr. Dailatus Syamsiah, M.Ag.(Kaprodi S2 PBA) sebagai Sekretaris Sidang. Bertindak sebagai promotor utama adalahProf. Dr. Sutrisno, M.Ag.danSibawaihi, M.A., Ph.D., sedangkan dewan penguji terdiri dariDr. Rohinah, M.A.,Dr. Muhammad Jafar Shodiq, M.S.I.,Dr. Winarti, M.Pd.Si., danDr. Muhammad Wasith Achadi, M.Ag.
Dalam disertasinya, Endang Sumiati mengupas pemikiranProf. Azyumardi Azra, salah satu tokoh penting dalam sejarah pendidikan Islam Indonesia, khususnya terkaittransformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Ia menyoroti gagasan Azra tentang pentingnya modernisasi kelembagaan, penguatan tata kelola, serta integrasi nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan modern dalam menghadapi tantangan global.
“Azyumardi Azra memandang transformasi PTKIN bukan sekadar perubahan nama atau status, tetapi pergeseran paradigma yang menggabungkan tradisi keilmuan Islam dengan standar akademik modern secara inklusif dan adaptif,” jelas Endang.
Transformasi PTKIN, lanjutnya, dianalisis menggunakanteori perubahan sosial Kurt Lewin, yang mencakup tiga tahap:unfreezing,changing, danrefreezing. Pendekatan ini menjelaskan bahwa transformasi kelembagaan memerlukan kesadaran akan stagnasi, proses perubahan sistemik, dan peneguhan kembali nilai-nilai baru dalam budaya akademik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tahapUnfreezing, muncul kesadaran akan stagnasi kelembagaan dan kebutuhan reformasi menyeluruh akibat tuntutan globalisasi serta perkembangan teknologi. TahapChangingmenggambarkan modernisasi kelembagaan PTKIN melalui integrasi kurikulum, otonomi tata kelola, dan reposisi kepemimpinan akademik. Sedangkan tahapRefreezingmenekankan pembentukan budaya akademik baru, sistem penjaminan mutu, dan dorongan internasionalisasi kelembagaan.
Menurut Endang, transformasi PTKIN yang diusung Azra berorientasi padapenguatan identitas Islam yang modern dan terbuka, menjadikan perguruan tinggi keagamaan lebih kompetitif secara nasional maupun global.
“Transformasi yang ditawarkan Azra relevan dengan arah kebijakan pengembangan PTKIN saat ini, terutama dalam menghadapi tantangan era digital dan Revolusi Industri 4.0,” ungkapnya.
Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag., selaku promotor utama, menambahkan bahwa penelitian ini memperkaya khazanah pemikiran pendidikan Islam di Indonesia.
“Endang Sumiati berhasil menafsirkan pemikiran Azyumardi Azra dengan pendekatan teoritik yang kuat dan relevan dengan kondisi aktual PTKIN di Indonesia. Ini kontribusi akademik yang penting bagi arah kebijakan pendidikan Islam di masa depan,” tutur Prof. Sutrisno.
Penelitian ini berkontribusi dalam memperkuat teori transformasi kelembagaan PTKIN dengan mengintegrasikan pemikiran Azyumardi Azra dan teori Manajemen Perubahan Kurt Lewin. Hasilnya menawarkan strategi perubahan sistematis untuk meningkatkan kualitas, akreditasi, dan daya saing PTKIN. Secara praktis, penelitian ini memberikan pandangan tentangreformasi tata kelola, integrasi ilmu agama dan sains, serta internasionalisasi kelembagaan, sehingga PTKIN mampu menjadi pusat pengembangan ilmu yang modern, mandiri, dan berkarakter Islam.