Wahid Tuftazani Raih Gelar Doktor PAI ke-33 UIN Sunan Kalijaga: Angkat Konsep Pendidikan Karakter Bisri Mustofa Berbasis Kearifan Lokal
Wahid Tuftazani Raih Gelar Doktor PAI ke-33 UIN Sunan Kalijaga: Angkat Konsep Pendidikan Karakter Bisri Mustofa Berbasis Kearifa
Yogyakarta, 11 November 2025– Program Studi Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali menorehkan prestasi akademik dengan meluluskan doktor baru.Wahid Tuftazani Rizqi, S.Pd., M.Pd.berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul“Pendidikan Karakter Bisri Mustofa Berbasis Kearifan Lokal dan Relevansinya dengan Pengembangan Pendidikan Karakter di Indonesia.”
Ujian terbuka promosi doktor digelar diAula Gedung PPG FITK UIN Sunan Kalijaga, padaSelasa, 11 November 2025, pukul09.00–11.00 WIB. Sidang dipimpin olehProf. Dr. Ibrahim, M.Pd.selaku Ketua Sidang danDr. Muhammad Agung Rokhimawan, M.Pd.sebagai Sekretaris Sidang. Bertindak sebagai promotor utamaProf. Dr. Toto Suharto, M.Ag. (Guru Besar sekaligus Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta)danProf. Dr. Sembodo Ardi Widodo (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga)dengan dewan penguji terdiri atasDr. Muhammad Jafar Shodiq, M.S.I., Prof. Dr. Sri Sumarni, M.Pd., Jamil Suprihatiningrum, M.Pd.Si, Ph.D, dan Dr. Dwi Ratnasari, M.Ag.
Dalam paparannya, Wahid Tuftazani menjelaskan bahwa penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin kuatnya pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi yang berpotensi mengikis nilai-nilai budaya lokal. Menurutnya, diperlukan upaya untuk mengangkat kembali nilai-nilai kearifan lokal sebagai dasar pembentukan karakter bangsa, khususnya melalui pendidikan agama Islam.
Penelitian ini menyoroti pemikiranKH. Bisri Mustofa, ulama dan tokoh pesantren besar yang dikenal dengan karya monumentalTafsir Al-Ibriz Li Ma’rifati Tafsir Al-Qur’an Al-‘Aziz. Dalam berbagai karya lainnya sepertiNgudi SusilodanSyiir Mitero Sejati, Bisri Mustofa mengajarkan nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual berbasis budaya Jawa.
“KH. Bisri Mustofa menawarkan model pendidikan karakter yang mengakar pada nilai-nilai lokal seperti tepo seliro, andhap asor, tulung-tinulung, hingga keteladanan moral. Nilai-nilai ini bukan hanya relevan bagi masyarakat pesantren, tetapi juga kontekstual untuk pendidikan karakter nasional,” ungkap Wahid.
Dari hasil penelitian, Wahid menemukan tujuh nilai utama kearifan lokal dalam karya-karya Bisri Mustofa, yaitu: berbakti kepada orang tua, tepo seliro, andhap asor, sumeleh, tulung-tinulung, sabar-sareh-nerimo, serta keteladanan melalui peribahasa Jawa. Nilai-nilai tersebut membentuk karakter masyarakat yang religius dan tetap “njawani”.
Lebih lanjut, Wahid menjelaskan bahwa pendidikan karakter menurut Bisri Mustofa berproses melalui tiga tahapan: mengetahui kebaikan, merasakan kebaikan, dan melakukan kebaikan, yang diperkuat dengan nilai-nilai ketuhanan bersifat transendental.
“Model pendidikan karakter yang integratif dan transendental ini memadukan nilai sosial, budaya, dan spiritual, serta dapat menjadi rujukan bagi pengembangan pendidikan karakter di Indonesia agar lebih adaptif terhadap tantangan keluarga modern,” jelasnya.
Dalam sambutannya,Prof. Dr. Sukiman, S.Ag., M.Pd.selaku Ketua Sidang menyampaikan apresiasi atas kedalaman dan relevansi penelitian yang dilakukan Wahid.
“Penelitian ini memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai lokal dan religius. Ini sejalan dengan semangat UIN Sunan Kalijaga untuk menghadirkan Islam yang moderat, inklusif, dan kontekstual,” ujar Prof. Sukiman.
Melalui penelitian ini, Wahid Tuftazani memberikan sumbangan penting bagi pengembangan teori dan praktikpendidikan karakter berbasis kearifan lokalyang bersumber dari tradisi keislaman Nusantara. Temuan ini diharapkan dapat memperkuat kebijakan pendidikan karakter nasional yang berlandaskan nilai moral, sosial, dan spiritual.
Dengan kelulusan ini, Prodi Doktor PAI UIN Sunan Kalijaga kembali menegaskanvisi keilmuannyasebagaipusat pengembangan Ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI) yang integratif-interkonektifbagi kemajuan peradaban yang inklusif.