Kuliah Dosen Tamu Prodi Doktor PAI UIN Sunan Kalijaga Bahas Analisis Data Kualitatif dengan NVivo dan ATLAS.ti
Penyampaian Materi oleh Nara Sumber
Yogyakarta – Program Studi Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyelenggarakan Kuliah Dosen Tamu pada Selasa, 14 Oktober 2025. Kegiatan ini mengusung tema “Teknik Analisis Data Kualitatif Menggunakan Aplikasi Bantu (NVivo dan ATLAS.ti)” dan diikuti oleh 17 mahasiswa dari berbagai angkatan.
Kegiatan dibuka oleh Sekretaris Prodi Doktor PAI, Dr. Zainal Arifin, M.S.I., yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya mahasiswa memahami secara mendalam proses pengolahan data penelitian. Ia menjelaskan bahwa aplikasi seperti NVivo dan ATLAS.ti dapat menjadi alat bantu yang efektif dalam menata dan merapikan data agar lebih sistematis dan terstruktur. Namun demikian, beliau mengingatkan mahasiswa untuk tidak terlalu terfokus pada aspek teknis hingga mengabaikan penyelesaian disertasi sebagai tujuan utama studi doktoral. Dr. Zainal juga menekankan pentingnya kehati-hatian dalam memilih teori dan pendekatan penelitian, karena ketepatan dalam fondasi teoritis sangat menentukan kualitas akademik sebuah disertasi.
Sesi utama kemudian diisi oleh Ahmad Syafi’i, M.Pd., dengan Ficky Uways Alqarny, M.Pd. sebagai moderator. Dalam pemaparannya, Syafi’i menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, hubungan antara peneliti dan objek penelitian bersifat dinamis. Semakin objektif penelitian dilakukan, semakin sedikit keterlibatan peneliti dalam konteks lapangan, sedangkan semakin subjektif penelitian, semakin besar pula keterlibatan peneliti dalam proses konstruksi makna. Ia kemudian memperkenalkan empat paradigma penelitian menurut Denzin dan Lincoln, yakni Postpositivist, Interpretative, Critical Inquiry, dan Postmodern, serta mengajak peserta untuk menyadari posisi epistemologisnya masing-masing.
Syafi’i menekankan bahwa pendekatan analisis tematik berpijak pada paradigma interpretatif yang menitikberatkan pada pemahaman dan penafsiran pengalaman partisipan. Dalam pendekatan ini, peneliti tidak diposisikan sebagai pengamat netral, tetapi sebagai pencipta makna bersama partisipan penelitian. Data kualitatif, lanjutnya, tidak dapat dianggap sebagai sesuatu yang apa adanya, melainkan merupakan hasil konstruksi sosial yang perlu dibaca dalam konteksnya. Karena itu, aplikasi NVivo hadir bukan untuk menggantikan peran peneliti, tetapi membantu proses penataan, refleksi, dan penelusuran makna secara sistematis. Sementara itu, semakin dekat penelitian pada paradigma postmodern, semakin kuat pula penekanannya pada subjektivitas dan konstruksi sosial realitas.
Pada bagian berikut, narasumber menjelaskan hubungan antara teori dan konsep-konsep turunan yang kemudian dioperasionalkan menjadi indikator, instrumen, dan matriks analisis. Setelah penjelasan konseptual tersebut, Syafi’i mengajak peserta mempraktikkan langsung penggunaan aplikasi NVivo dengan mengikuti tahapan analisis tematik. Tahap pertama dimulai dengan mengenali dan memahami data melalui proses membaca, mencatat, serta menandai kata kunci, emosi, dan konsep penting menggunakan fitur highlight dan comment. Tahap kedua berlanjut pada proses coding, yaitu memberi label pada segmen data yang mengandung makna penting. Dalam contoh yang diberikan, kata “ndredeg” dari bahasa Jawa dijelaskan sebagai istilah yang sarat emosi dan makna kontekstual.
Tahap selanjutnya adalah mengembangkan tema-tema awal dari kumpulan code yang memiliki keterkaitan makna, kemudian meninjau dan menyempurnakan tema-tema tersebut agar membentuk alur naratif penelitian yang koheren. Setelah itu, peserta diajak untuk memurnikan dan menamai tema dengan prinsip-prinsip spesifik, komunikatif, dinamis, dan tidak terlalu umum. Tahap terakhir dalam analisis tematik adalah menyusun hasil penelitian ke dalam bentuk laporan tertulis yang menggambarkan temuan dan interpretasi peneliti secara utuh.
Selama kegiatan berlangsung, suasana kelas terasa interaktif. Narasumber kerap memancing partisipasi peserta dengan pertanyaan dan studi kasus yang menantang. Ia juga membagikan strategi agar peneliti sukses dalam melakukan observasi dan wawancara, di antaranya dengan menekankan dua aspek penting dalam observasi, yakni pengamatan terhadap karya atau produk dari subjek penelitian, serta refleksi mendalam atas fenomena yang diamati. Untuk menjaga keabsahan data, ia menegaskan pentingnya melakukan triangulasi sebagai upaya verifikasi interpretasi.
Menjelang akhir sesi, Syafi’i mengajak peserta melakukan simulasi analogi tentang penggunaan NVivo. Ia meminta mahasiswa mengumpulkan benda-benda kecil ke dalam kantong plastik, lalu meminta salah satu peserta mengelompokkan benda-benda tersebut berdasarkan penafsirannya sendiri. Aktivitas ini menimbulkan diskusi menarik karena tiap peserta memiliki cara berbeda dalam mengelompokkan—ada yang berdasarkan fungsi, ada pula yang berdasarkan tingkat mudahnya dibakar. Melalui analogi tersebut, Syafi’i menjelaskan bahwa perbedaan interpretasi merupakan hal wajar dalam penelitian kualitatif, sebab setiap peneliti memiliki cara pandang yang unik. Namun, ia menegaskan bahwa dalam konteks akademik, interpretasi harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan kebenarannya akan diuji oleh pembimbing atau promotor disertasi.
Setelah sesi diskusi dan tanya jawab, kegiatan Kuliah Dosen Tamu resmi ditutup oleh moderator. Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa program doktor PAI dapat meningkatkan kompetensi metodologis dan literasi digital penelitian kualitatif, sekaligus memperkuat kemampuan reflektif dalam menafsirkan data secara ilmiah dan kontekstual.